3 Faktor Penghambat Penanganan Stunting di Indonesia

Mengabaikan pentingnya asupan gizi yang dapat mencegah stunting pada anak merupakan langkah sangat berisiko. Sebab, hal tersebut merupakan bagian dari penanganan stunting yang perlu orang tua pahami.

Prediksi menunjukkan bahwa jumlah balita yang menderita stunting akan meningkat di seluruh dunia pada tahun 2025. Sebenarnya, banyak faktor yang berkontribusi terhadap tidak berkurangnya angka stunting dari tahun ke tahun. Tidak hanya karena lambatnya respons pemerintah dalam mengatasi masalah ini.

Melainkan juga keterlibatan pasif orang tua terhadap pencegahan stunting adalah penyebab terhambatnya penurunan kasus ini.

Apa Saja yang jadi Penghambat Penanganan Stunting?

Berikut beberapa faktor yang menjadi penghambat penanganan stunting antara lain:

1. Keyakinan salah tentang stunting sebagai penyakit keturunan

Beberapa masyarakat masih percaya bahwa pertumbuhan fisik anak yang terhambat adalah akibat warisan genetik dari orang tua. Namun kenyataannya, tubuh pendek anak bukan hanya disebabkan oleh faktor genetika, tetapi juga bisa menunjukkan masalah kekurangan gizi.

Peran genetika dalam kesehatan ternyata memiliki dampak yang lebih kecil jika Anda bandingkan dengan faktor-faktor lain. Seperti gaya hidup sehat, sanitasi lingkungan, dan layanan kesehatan yang memadai.

2. Pemahaman pencegahan stunting hanya tanggung jawab pemerintah

Meskipun pemerintah telah memulai berbagai program untuk mengatasi stunting, terkadang sikap apatis dari orang tua masih sering terjadi. Mereka cenderung hanya mengandalkan tindakan pemerintah tanpa terlibat aktif dalam menjaga kesehatan dan asupan gizi anak.

Seharusnya, peran aktif orang tua dalam langkah pencegahan stunting sangatlah penting dalam menjaga gizi dan pertumbuhan si buah hati.

3. Kurangnya perhatian terhadap asupan gizi yang memadai

Faktor utama penyebab stunting salah satunya kurangnya asupan gizi baik selama kehamilan maupun setelah kelahiran. Sayangnya, masih banyak yang menganggap makanan bergizi adalah makanan mahal. Padahal pandangan tersebut tidak sepenuhnya benar.

Perilaku yang menyedihkan adalah ketika seorang ayah lebih memilih menghabiskan uangnya untuk rokok daripada membeli makanan bergizi. Hal serupa juga terjadi pada ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif kepada anaknya selama dua tahun pertama. Jika anak terlanjur stunting, maka akan mempengaruhi perkembangannya.

Perlu adanya edukasi penanganan stunting yang lebih luas kepada masyarakat. Padahal sudah banyak informasi tersedia mengenai stunting, salah satunya dengan mengunjungi website Pediasure.co.id. Selain itu, pemberian makanan bergizi juga berperan penting, contohnya konsumsi Pediasure yang membantu mengoptimalkan perkembangan anak.