Siapa yang tak kenal Arsjad Rasjid yang kini menjadi TPN calon presiden Ganjar Pranowo? Sosok yang populer dengan opini bertajuk analogi permainan sepak bola ini telah berpengalaman di dunia pemerintahan.
Profil Arsjad Rasjid Pengemuka Opini Analogi Permainan Sepak Bola
Memiliki nama lengkap Mohammad Arsjad Rasjid Prabu Mangkuningrat ini lahir 16 Maret tahun 1970. Jabatan prestisius pertama yang beliau emban adalah Presiden Direktur Indika Energi di tahun 2005.
Selain di bidang energi, dirinya sempat menduduki beragam posisi di sejumlah perusahaan bidang media, keuangan maupun teknologi. Kini namanya mencuat seiring kabar terbaru yang menyebutkan dirinya menjadi TPN atau Tim Pemenangan Nasional capres, Ganjar Pranowo.
Terlebih saat dirinya mengemukakan analogi permainan sepak bola yang sedang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Opini ini menjadi kian menarik karena masa-masa pemilu telah mendekati due date-nya.
Apa Kata Arsjad Rasjid soal analogi ini?
1. Permainan yang Penuh Intrik dan Sangat Menarik
Menurut Ketua Kadin, permainan sepak bola adalah salah satu permainan yang menarik dan penuh intrik. Seorang pemain harus melakukan beragam upaya agar timnya mencetak kemenangan.
Demi mencetak gol, ada alur-alur provokasi, mempengaruhi keputusan wasit hingga mengulur waktu untuk mempertahankan skor. Dengan banyaknya intrik ini, tak heran jika sepak bola sangat digemari di seluruh penjuru dunia.
Seperti itulah yang kini dalam benak Arsjad Rasjid saat menggambarkan kondisi negara Indonesia saat berbincang ringan di kanal YouTube Intrigue dengan Prof. Rhenald Kasali.
2. Permainan Penuh Ambisi
Arsjad menilai bahwasanya cara masyarakat di Indonesia hidup layaknya analogi permainan sepak bola yang penuh perjuangan. Babak demi babak harus dijalankan secara ambisius. Ambisius disini menurutnya dalam artian yang positif yakni, demi memperoleh kemenangan di Medan laga.
Ia menambahkan bahwa kehidupan sebuah negara sama dengan kehidupan manusia dalam permainan sepak bola. Misalnya saja, paruh waktu yang direpresentasikan untuk manusia paruh baya dengan mid-life crisis. Begitu pula dengan si kulit bundar yang mempunyai waktu turun minum alias half-time.
3. Permainan Dengan Beberapa Babak yang Menantang
Lebih jauh Arsjad menjelaskan jika kehidupan Indonesia ini nyaris serupa dengan permainan sepak bola. Jika dilihat ke belakang, babak pertama terjadi di tahun 1945. Lebih tepatnya setelah Proklamasi Kemerdekaan dan akhirnya mengalami puncak krisis di tahun 1998 yang memicu terjadinya reformasi.
Dalam analogi permainan sepak bola , Arsjad menandai waktu istirahat babak pertama Indonesia sebagai half time pada periode waktu 1998 sampai 2019. Periode waktu itu ia simbolkan sebagai mid-life crisis Indonesia karena tengah mencari “jati diri”.
Di masa inipun Indonesia menurutnya menjadi negara yang penuh dengan cobaan. Tak hanya dihimpit oleh pihak lain, Nusantara turut mengalami masa adu domba dengan tujuan memecah-belah persatuan. Itulah yang disebut Arsjad Rasjid sebagai “mencari jati diri”.
Namun, Arsjad kembali menjelaskan jika tahun 2019 tersebut adalah akhir paruh waktu sebelum memasuki babak kedua. Setelah tahun tersebut dirinya melihat adanya perkembangan dari kedewasaan berpolitik di Indonesia.
Lawan Jadi Kawan: Menciptakan Indonesia Emas 2045
Tak berhenti di analogi permainan sepak bola, Arsjad Rasjid sempat menyinggung jika ranah politik di Indonesia semakin berkembang kala lawan menjadi kawan.
Hal tersebut bisa dilihat saat Presiden Jokowi mengajak mantan rivalnya Pak Prabowo untuk masuk ke dalam kabinet untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan. Ini menjadi simbol pertama dari kedewasaan politik di Nusantara.
Untuk simbol kedua terlihat ketika Presiden Jokowi dengan berani mencanangkan Indonesia Emas 2045. Sebuah visi yang jelas dan tegas sekaligus bisa menjadi hadiah ketika usia kemerdekaan Indonesia mencapai 100 tahun di 2045 mendatang.
Dari dua simbol kedewasaan politik ini, Arsjad menganggap jika Indonesia telah masuk ke babak dua dimana fase ini adalah penentu kemenangan. Pada momen ini, Indonesia ingin memiliki kemajuan dengan planning-planning yang jelas.
Apakah Indonesia mampu memenangkan pertarungan seperti analogi permainan sepak bola yang dikemukakan oleh Arsjad Rasjid?