K.H. Ahmad Bahauddin Nursalim atau yang dikenal secara luas dengan nama Gus Baha merupakan salah satu ulama yang dimiliki Nahdlatul Ulama dari Kota Rembang, Jawa Tengahm. Gus Baha terkenal sebagai ulama dengan gelar Al-Hafizh Al mufassir Al-Muhaddits Al faqih.
Gus Baha mendalami ilmu agama dengan menjadi murid dari Ulama Kyai Maimun Zubair atau yang lebih dikenal dengan nama Mbah Moen. Di bawah asuhannya Gus Baha mendalami ilmu Hadits, Fiqih dan juga tafsir.
Biodata Gus Baha
- Nama lengkap: K.H. Ahmad Bahauddin Nursalim
- Nama terkenal: Gus Baha
- Gelar: Al-Hafizh Al mufassir Al-Muhaddits Al faqih.
- Asal: Rembang, Jawa Tengah, Indonesia
- TTL: Rembang, 29 September 1970
- Usia: 51 tahun
- Agama: Islam
- Ayah: K. H. Nursalim
- Ibu: Nyai Hj Yuhanidz
- Istri: Ning Winda
- Anak: Tasbiha Mahmida, Hassan Tasbiha dan Mila Tasbiha
- Dikenal sebagai: Ulama
- Almamater: Pondok Pesantren Al-Anwar
- Guru: KH. Maimun Zubair (alm.)
- Karya: al-Qur’an terjemahan versi UII Gus Baha (2020) dan Tafsir al-Qur an versi UII
Biografi Gus Baha
Gus Baha semasa nyantri berada di Pondok Pesantren Al-Anwar di Rembang yang merupakan santri dari Mbah Moen. Setelah menyelesaikan pendidikannya Gus Baha melamar seorang gadis dari Pondok Pesantren Sidogiri, Daerah Pasuruan, Provinsi Jawa Timur pada 2003.
Usai menikah Gus Baha dan Ning Winda tinggal di Yogyakarta. Selama di Jogja Gus Baha menyewa sebuah rumah. Santri-santri Gus Baha yang ada di Karangmangu menjadi kehilangan, alhasil mereka ikut hijrah ke Yogyakarta dengan menyewa rumah di dekat rumah Gus Baha untuk tetap bisa mengaji kepada beliau. Jumlah santri ini ada 5 sampai 7 orang.
Adanya santri ini membuat kediaman Gus Baha dikenal warga sekitar, sehingga banyak warga yang meminta ngaji dengan Gus Baha.
Gus Baha belajar menghafal Al-Qur’an bersama dengan sang ayah. Dari kecil sang ayah sudah mengajarkan kedisiplinan dalam menghafal Al-Qur’an sehingga dalam usia muda Beliau sudah menghafal sebanyak 30 juz lengkap dengan Qira’ahnya.
Tahun 2005 Sang Ayah K. H Nursalim wafat dengan begitu Gus Baha harus melanjutkan tongkat kepemimpinan pondok keluarganya yaitu LP31A Nurukan. Gus Baha mengajar sekaligus mengurus kebutuhan pondok.
Selama kembali ke Nurukan banyak santri dari Yogyakarta yang meminta ia untuk kembali mengajar di Jogja, namun Gus Baha hanya bisa mengajar sekali dalam satu bulan. Hal itu disambut semangat oleh santri-santrinya.
Selain mengurus pondoknya, sejak tahun 2006 Gus Baha rutin mengisi kajian di Yogyakarta pada minggu terakhir dan pengajian tafsir Quran di Bojonegoro pada minggu kedua setiap bulannya.
Selain aktif menjadi ulama sosok Gus Baha juga menulis dua karya sastra yaitu Kitab tentang rasm Usmani dan juga kitab Tafsir al-Qur an versi UII pada tahun 2020. Kitab tafsir al-Qur’an ini memiliki ciri khas yaitu dibaca oleh orang Indonesia namun tidak sama sekali merubah isi di dalamnya.
Foto Gus Baha
Temukan lebih banyak konten terkait dengan Biodata atau konten menarik lain di Lyceum: